Rabu, 04 Juli 2012

regenerasi

ada senyum yang melintang . . .
memasrahkan

sudah

sedang meniti garis putus-putusmu, ketika bekalku tak akan pernah cukup untuk kupersembahkan keharibaanmu. seperti usaha yang sudah malas untuk kutekan, lebih memilih untuk mewaqopkan

Sabtu, 04 September 2010

Fana..

Bisakah suatu hari nanti Kamu tenggelamkan aku dalam lukisan-lukisan dzikir?
Telinga mendengarkan tilawah surga tentang neraka,
jika aku tak kuasa temukan Kamu...kukais tanah hingga murka
dan mengapa aku belum mengerti mendung dan cerahnya?
Sudah pupuskah aku di mata Kamu?
Torehan bayu membawa sesyair dosaku, dalam khusyuk sesal manusia,...
Inilah aku, yang berusaha mengeja nama Kamu...

Jumat, 03 September 2010

Hambar

Aku meraung pada ranah mimpi,
karna rasa ini telah hambar,
tidak kah aku belati tajam setelah kau benturkan aku dengan besi,
hanya mampu mencamkan doktrin basi yg menyita,
maka lumpuhkan lah tentang aku,
yang terlalu rusak untukmu

Sabtu, 28 Agustus 2010

Pucat...berdarah

Pucat...
Kusam...
Kena mesiu...
Terseret debu...
Diikat di kepala, sebagai penolak peluru
digantung di ujung tombak, pengancam musuh bermata biru
dipegang...dibawa berlari, merdeka tak boleh dicuri
digenggam, api pembelaan takkan padam
tak sudi diinjak orang-orang pengecut,
dengan deras jihat yang tak pernah surut, luka di negeri ini akan segera dibalut.

Serdadu putih abu-abu

Dulu kami hanya memikul tas berisi buku, kini kami menggendong ransel berisi mesiu.
Seragam kami tak lagi putih abu-abu, kini seragam kami lusuh dan bau
dalam otak kami tak ada lagi pikiran bagaimana meraih nilai 10, tapi bagaimana caranya mengalahkan musuh.
Tangan kami tak lagi memegang buku, pulpen, atau kertas ulangan, tapi tangan kami memegang pistol dan senapan.

Serdadu putih abu-abu

Dulu kami hanya memikul tas berisi buku, kini kami menggendong ransel berisi mesiu.
Seragam kami tak lagi putih abu-abu, kini seragam kami lusuh dan bau
dalam otak kami tak ada lagi pikiran bagaimana meraih nilai 10, tapi bagaimana caranya mengalahkan musuh.
Tangan kami tak lagi memegang buku, pulpen, atau kertas ulangan, tapi tangan kami memegang pistol dan senapan.